story

Senin, 02 Juni 2014

Untuk Pecinta Hujan

     Awalnya aku sudah merasakan sakit hati ini sebelum ku memiliki, aku bisa menerima kenyataan itu. Sampai akhirnya, aku memilikinya. Bahagia ku karenanya. Hidupku mulai berwarna. Ada rasa tak ingin melepasnya. Dan berharap aku bisa menjadi nya lebih baik dan ku menjadi yg terbaik.            
        Halangan kita lalui, aku merasakan sakit hati yang pertama setelah ku memilikinya. Tangisan pertamaku setelah memilikinya. Dan aku dibutakan oleh cinta untuk pertama kalinya. Aku memaafkannya. Kita kembali berbahagia suka duka kita rasakan bersama. Hingga rasa cemburu pertama ku setelah memilikinya. Aku kembali dibutakan oleh cintanya. Rasa cemburuku sirna karena rasa sayangku. Aku memaafkannya lagi. 
     Bahagia kembali menyelimuti. Pertengkaran kecil selalu ada sebagai bumbu hubungan ini. Hingga kebohongan pertamanya terungkap. Dia membohongiku untuk pertama kali. Berbagai cara di lakukannya. Aku masih mengingat caranya meminta maaf. Dan rasa ingin marah pun sirna karena rasa sayangku. Aku memaafkannya. Bahagiaku memilikinya. Aku masih merasa bahagia. Tak ingin melepasnya.
      Waktu itu, aku tidak tau apa yang ada dipikirannya. Hingga dirinya tidak bisa selalu disisiku. Kesibukannya merenggutnya dariku. Hingga ada seseorang lawan jenis yang sering bercerita tentang hatinya padaku. Karena tak ada dirinya, ku tanggapi ceritanya untuk mengisi kekosongan yang dulunya diisi dengan dirinya. Dia pun tau siapa temanku itu. Dia marah besar, kemarahan pertamanya yang membuatku sangat takut dan mengingatkanku dengan masa laluku. Berkali2 aku menyalahkan diriku sendiri. Dan rasa sayangku tak pernah berkurang meski caci maki keluar dr mulutnya. Cinta membutakanku. 
     Akhirnya hubungan yang kita jalani pun berakhir di bulan ke 6. Tangisan yang kesekian kalinya tak ada hentinya. Dan aku mulai mencoba kenyataan untuk kehilangannya lagi. Hingga hari ke 5, dia memintaku untuk kembali padanya. Dan ku terima. Kita melewati hari2 seperti dulu. Hingga akhirnya rasa bosan melandanya karena hubungan yg sama saja. Ini semua karenaku. Karena hidupku yang serba tidak boleh. Tangisanku karenanya ter urai lagi.
       Hubungan kita berakhir kembali. Sakit hatiku blm sempat terobati. Karena rasa bosan yg diucapkannya. Hingga akhirnya aku merelakannya. Mencoba memaafkannya.
    Tak sampai 1 bulan aku mengetahui dia punya kekasih baru. Dan aku menyadari sudah lama dirinya dekat dengan wanita itu. Sakit hati ini mulai ada lagi untuk yg kesekiankalinya dan rasa sayangku lebih besar dr benciku. Aku tak bisa membencinya. Rasa sayangku masih tetap sama. Beberapa bulan berlalu, dia mulai mendekatiku lagi dan meminta kembali agar aku bersamanya. Rasa senang, sedih, kecewa bercampur dan aku memutuskan untuk tidak menjalin hubungan lagi dengannya. Hidup ini berliku. Tapi ku mengatakan padanya bahwa rasa sayangku masih sama seperti dulu. Dan akhirnya aku dan dirinya menjalankan hubungan seperti dulu tanpa ada status. Karena rasa sayang kita. Dan beberapa syarat darinya. 
     Hampir 1 tahun kita melaluinya. Dan suatu hari kau mengakui bahwa kau dekat dengan seorang perempuan. Sakit hati ini muncul lagi. Untuk yang kesekian kalinya dan aku memaafkanmu lagi. Cinta itu buta. Entah apa yang aku pikirkan selama ini, sekian kali aku disakiti. Dan aku tetap membiarkanku bersama sakit ini. 
     Setiap harinya kita lewati, penyakit yg menjangkitku tidak membuat kau mundur dalam hubungan ini. Setiap penyakitku datang, kau menenangkanku, membuat rasa sakit yang aku rasakan perlahan sirna. Pelukmu, genggaman tanganmu, kata katamu yang membuatku kuat, kesabaranmu yang membuatku tenang. Kau terlihat menyenangkan dimataku meskipun kau sering memberi luka disini. 
     Tak lama, tiba2 kau mengatakan jika aku hanya membuatmu terbebani. Sakit yang seperti anak panah yang menembus jantungku, sehingga aku sulit bernafas lagi, membuatku kehilangan akalku. Ini sakit hati yang kesekian kalinya. 
     Dan disini titik lelahku, aku sudah lelah disini, meskipun rasa sayang ini masih utuh. Meskipun aku masih bisa memaafkannya. Bahkan saat ini aku sudah memaafkannya. Disini di titik lelahku, luka yang kau gores sebelum ini, belum sembuh, dan kau beri lagi luka baru, hingga tak ada tempat lagi untuk kau lukai. 
     Maafkan segala kekuranganku, ini aku apa adanya. Maafkan jika kamu tidak bisa menerima ini semua. Hei cinta pertamaku, aku hanya ingin kau lebih bahagia tanpa aku, tanpa segala kekuranganku, dan terbebani segala urusanku. Di titik terlemahku, di titik lelahku, aku menyerah. Untuk saat ini aku menyerah. Meskipun rasa yang aku rasakan 3 tahun lalu masih sama sampai sekarang. 
     Semoga kau bisa menerimanya. Semoga kau masih bisa menerimaku sebagai teman terdekatmu. Itu harapan terakhirku. Semoga ini bukan kata-kata terakhirku, wahai pecinta hujan..