Sesungguhnya aku takut akan terabaikan. Apapun yang aku
rasakan seperti perasaanku waktu itu, secara bersamaan perasaan takut itu
juga muncul. Menghantuiku. Ketika dirinya mengabaikan membiarkan perasaan ini
hancur di hadapannya, pupus. Aku tak bisa berkata apa-apa menangis pun aku
tak bisa. Hanya perasaan terabaikan, terhempas, dan hancur begitu saja. Hampa,
ya hampa.
Beberapa setelah itu, hanya hampa yang ada, kosong tak
ada apapun. Bagaimana bisa ia melakukannya dengan mudah? Mungkin tanpa perasaan.
Suara batinku berbicara. Tak bisa kuhentikan. Mengapa dia setega itu? Padaku,
pada keadaan. Menyesal? Pasti. Tak ada penyesalan datang di awal. Batinku terus
berbicara. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Setelah dia pergi? Batinku
mulai bertanya pada diriku. Dan diriku mulai menjawab bahwa aku tak akan
membuka perasaan ini pada siapapun itu. Aku tidak mau merasakan perasaan ini
lagi. Tekadku hadir ikut berbicara.
Headphone terpasang di kedua telingaku, salah satu lagu kesukaanku
ku persiapkan, laptop kunyalakan. Perut sudah terisi penuh, mata mulai
mengantuk, tapi aku harus menuliskan ini semuanya. Sebelum ide - ideku hilang
terbawa angin. Hal ini sangat menyenangkan. Mungkin akan mejadi rutinitas
baruku setelah mencoba melakukannya. Orang berlalu lalang menatapku dengan
penuh rasa sungkan. Aku mulai menulis kata demi kata terangkai menjadi sebuah
kalimat yang (mungkin) indah. Terus membawaku ke dunia imajinasiku. Waktu
berjalan dengan cepat. Sudah lama sejak saat itu aku ingin sekali menjalankan
rutinitasku seperti ini. Seperti hari ini, laptop didepan, lagu terdengar,
perut terisi penuh dan jemariku yang menari di atas keyboard laptop yang terus
mengalirkan ide - ide baru. Seperti tidak bisa terhenti. ini sangat mengasyikkan.
Itulah mengapa aku senang sekali melihat orang lain yang sering tersenyum-senyum sendiri di depan laptopnya dengan jemari yang menari diatas keyboard. Aku
yakin mereka sedang berbicara dengan imajinasinya sendiri.
Sudah cukup lama aku menikmati kesendirianku.
Kesendirianku tanpa memikirkan apa saja tentang cinta. Ya, aku menyebutkannya.
Cinta. Sudah lama sekali rasanya aku tidak memikirkannya dalam artian kepada
lawan jenisku yang... Aku tak bisa menjelaskan. Cinta yang aku rasakan hanya kepada
teman, sahabat, keluarga, dan binatang peliharaanku. Aku terlalu asyik dengan
mereka, sehingga aku tak sempat memikirkan yang seperti itu lagi. Sesungguhnya
aku yang tidak paham, apa itu cinta? Untuk apa kita merasakan cinta? Kebutuhan
kah? Atau hanya keinginan semata? Aku masih saja bertanya seperti ini. Kapan
kita merasakan jatuh cinta, kapan itu bisa disebut cinta. Ah, entahlah. Aku
lelah menanyakan semuanya. Aku punya definisi cintaku sendiri dan tidak bisa di
ungkapkan dengan baik. Aku harap kalian juga bisa mengerti apa yang aku
maksudkan.
Kembali lagi, aku sudah menutup diriku dari cinta. Cinta
dari orang asing kepadaku. Sudah lama aku menutup diriku dari perasaan itu.
Mungkin sudah 5 tahun ini aku melaluinya. Karena terpaku, dan ia memberikan
luka. Trauma, mungkin itu yang aku rasakan. Sehingga aku menutup diriku.
Sesungguhnya tak hanya itu, setelah ku ingat lagi telah banyak yang aku
rasakan. Hal-hal yang membuat definisi tentang “cinta” sedikit berbeda dengan
yang lain. Ha.. tak ada habisnya jika mengingat apa yang telah terjadi.
Masa SMA sudah ku lewati, aku bisa menikmati hari-hari
ku seorang diri dengan penuh semangat. Menurutku itu sudah membuatku bahagia.
Aku mulai melanjutkan hidupku di bangku kuliah, menjadi mahasiswa. Ini semester
ke tiga aku menjalani proses perkuliahan. Bangku kuliah sangat menyenangkan
selama ini. Berbagai rangkaian ospek ku lalui. Dengan semangat penuh meskipun
lelah. Berbagai kegiatan terasa menyenangkan. Tak apa, aku masih bisa bersenang-senang
bersama teman-teman seperjuanganku. Pada akhirnya aku bertemu pada peristiwa
itu. Ketika perasaan yang aku pendam, aku kubur dalam-dalam muncul lagi. Hanya
karena peristiwa itu. Aku tak percaya, dan aku berusaha mengelak. Karena aku
sudah lupa dengan perasaan ini. Aku yakin ini bukan perasaan yang pernah aku
rasakan dulu. Cemas, rindu, takut jadi satu. Aku tak tahu apa perasaan ini
sebenarnya. Aku harap ini bukan perasaan yang dulu aku rasakan. Aku belum siap
jatuh lagi, aku belum siap terluka lagi. Tetapi, mengapa semakin aku mengelak,
setiap aku terdiam bayang ini muncul. Semoga ini bukan perasaan yang dulu aku
rasakan dulu. Aku belum siap terluka.
RoosendyAP