story

Rabu, 28 Desember 2016

Untitled

Sesungguhnya aku takut akan terabaikan. Apapun yang aku rasakan seperti perasaanku waktu itu, secara bersamaan perasaan takut itu juga muncul. Menghantuiku. Ketika dirinya mengabaikan membiarkan perasaan ini hancur di hadapannya, pupus. Aku tak bisa berkata apa-apa menangis pun aku tak bisa. Hanya perasaan terabaikan, terhempas, dan hancur begitu saja. Hampa, ya hampa.
Beberapa setelah itu, hanya hampa yang ada, kosong tak ada apapun. Bagaimana bisa ia melakukannya dengan mudah? Mungkin tanpa perasaan. Suara batinku berbicara. Tak bisa kuhentikan. Mengapa dia setega itu? Padaku, pada keadaan. Menyesal? Pasti. Tak ada penyesalan datang di awal. Batinku terus berbicara. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Setelah dia pergi? Batinku mulai bertanya pada diriku. Dan diriku mulai menjawab bahwa aku tak akan membuka perasaan ini pada siapapun itu. Aku tidak mau merasakan perasaan ini lagi. Tekadku hadir ikut berbicara.

Headphone terpasang di kedua telingaku, salah satu lagu kesukaanku ku persiapkan, laptop kunyalakan. Perut sudah terisi penuh, mata mulai mengantuk, tapi aku harus menuliskan ini semuanya. Sebelum ide - ideku hilang terbawa angin. Hal ini sangat menyenangkan. Mungkin akan mejadi rutinitas baruku setelah mencoba melakukannya. Orang berlalu lalang menatapku dengan penuh rasa sungkan. Aku mulai menulis kata demi kata terangkai menjadi sebuah kalimat yang (mungkin) indah. Terus membawaku ke dunia imajinasiku. Waktu berjalan dengan cepat. Sudah lama sejak saat itu aku ingin sekali menjalankan rutinitasku seperti ini. Seperti hari ini, laptop didepan, lagu terdengar, perut terisi penuh dan jemariku yang menari di atas keyboard laptop yang terus mengalirkan ide - ide baru. Seperti tidak bisa terhenti. ini sangat mengasyikkan. Itulah mengapa aku senang sekali melihat orang lain yang sering tersenyum-senyum sendiri di depan laptopnya dengan jemari yang menari diatas keyboard. Aku yakin mereka sedang berbicara dengan imajinasinya sendiri.
Sudah cukup lama aku menikmati kesendirianku. Kesendirianku tanpa memikirkan apa saja tentang cinta. Ya, aku menyebutkannya. Cinta. Sudah lama sekali rasanya aku tidak memikirkannya dalam artian kepada lawan jenisku yang... Aku tak bisa menjelaskan. Cinta yang aku rasakan hanya kepada teman, sahabat, keluarga, dan binatang peliharaanku. Aku terlalu asyik dengan mereka, sehingga aku tak sempat memikirkan yang seperti itu lagi. Sesungguhnya aku yang tidak paham, apa itu cinta? Untuk apa kita merasakan cinta? Kebutuhan kah? Atau hanya keinginan semata? Aku masih saja bertanya seperti ini. Kapan kita merasakan jatuh cinta, kapan itu bisa disebut cinta. Ah, entahlah. Aku lelah menanyakan semuanya. Aku punya definisi cintaku sendiri dan tidak bisa di ungkapkan dengan baik. Aku harap kalian juga bisa mengerti apa yang aku maksudkan.

Kembali lagi, aku sudah menutup diriku dari cinta. Cinta dari orang asing kepadaku. Sudah lama aku menutup diriku dari perasaan itu. Mungkin sudah 5 tahun ini aku melaluinya. Karena terpaku, dan ia memberikan luka. Trauma, mungkin itu yang aku rasakan. Sehingga aku menutup diriku. Sesungguhnya tak hanya itu, setelah ku ingat lagi telah banyak yang aku rasakan. Hal-hal yang membuat definisi tentang “cinta” sedikit berbeda dengan yang lain. Ha.. tak ada habisnya jika mengingat apa yang telah terjadi.
Masa SMA sudah ku lewati, aku bisa menikmati hari-hari ku seorang diri dengan penuh semangat. Menurutku itu sudah membuatku bahagia. Aku mulai melanjutkan hidupku di bangku kuliah, menjadi mahasiswa. Ini semester ke tiga aku menjalani proses perkuliahan. Bangku kuliah sangat menyenangkan selama ini. Berbagai rangkaian ospek ku lalui. Dengan semangat penuh meskipun lelah. Berbagai kegiatan terasa menyenangkan. Tak apa, aku masih bisa bersenang-senang bersama teman-teman seperjuanganku. Pada akhirnya aku bertemu pada peristiwa itu. Ketika perasaan yang aku pendam, aku kubur dalam-dalam muncul lagi. Hanya karena peristiwa itu. Aku tak percaya, dan aku berusaha mengelak. Karena aku sudah lupa dengan perasaan ini. Aku yakin ini bukan perasaan yang pernah aku rasakan dulu. Cemas, rindu, takut jadi satu. Aku tak tahu apa perasaan ini sebenarnya. Aku harap ini bukan perasaan yang dulu aku rasakan. Aku belum siap jatuh lagi, aku belum siap terluka lagi. Tetapi, mengapa semakin aku mengelak, setiap aku terdiam bayang ini muncul. Semoga ini bukan perasaan yang dulu aku rasakan dulu. Aku belum siap terluka.
RoosendyAP


2 komentar:

  1. Hai kak, salam kenal, sungguh bersyukur aku membaca tulisan ini pada hari petang menunju pagi. Aku juga pernah merasakan hal yang sama seperti kakak, bahkan aku sudah tidak bisa merasakan "cinta" dalam bentuk apapun dan kurasa yang kulakukan hanya sebuah tuntutan, tapi dibalik itu, Tuhan sangat begitu adil menutup dulu rasa ini, namun yang terjadi, aku bisa melihat semua "senyuman" seseorang yang Tuhan pasrahkan kepada aku untuk sekedar membantu mereka. Cinta itu sangat begitu luas, tinggal bagaimana kita mendefinisikannya, karena cinta tetap menjadi misteri Tuhan yang akan selalu membuat kita sadar bahwa dunia ini sangat begitu luas untuk hanya sekedar mencintai seorang saja

    Terimakasih atas kisah kakak yang membuat saya mengingat orang-orang yang disekitar saya yang sangat saya cintai
    Terimakasih juga atas kisah kakak yang membuat saya untuk selalu bersyukur bisa diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari mereka
    Terimakasih juga atas kakak yang hingga saat ini masih kuat menghadapi rasa takut dan trauma, semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuk kakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo kamu, terimakasih banyak ya sudah baca tulisan ini dan doa-doanya buat aku. It means a lot to me!
      Semangat buat menjalani hidup dengan orang-orang disekitarmu yaa. mereka pasti butuh dan sayang kamu😊

      Hapus